Surat untuk sahabat,
Kita berteman cukup lama, menyenangkan rasanya jika mengingat kebersamaan kita. Kebersamaan dengan tertawaan yang hanya dimiliki kita berdua, keheningan yang menyenangkan yang tercipta diantara kita, suasana buruk yang terpancing yang semakin membuat pengertian kita semakin meningkat, pembicaraan yang entah kemana arahnya.
Bahagia rasanya memiliki seorang kakak, teman debat yang handal, penasehat pribadi, imam sholat, dating guy, dan tempat menangis paling menenangkan. Aku bukan penyendiri, tetapi selalu ingin merasa ingin sendiri dan nyaman. Tetapi denganmu, berdua lebih baik daripada sendiri.
Intensitas bukan cara kita berkomunikasi, romantisme bukan bagian dari cerita kita, kita juga memiliki cara yang berbeda dalam bergembira, Keabsurdan juga ciri khas bagian kita berbagi kehidupan yang baik atau yang buruk. Kepastian bukan arah pertemanan kita, selalu mendadak, atau tidak pernah jadi untuk bertemu.
Mungkin teman yang tidak pernah membuatku bosan dengan kebosananku terhadap kehidupanku adalah kamu. Kamu membuat semua hal menjadi berbeda. Entah realita terasa hanya angan, atau mimpi yang terasa hampir menjadi kenyataan.
Jalan Tuhan mempertemukan kita di kehidupan untuk saling memberi pelajaran atas sesuatu. Tanpa harapan apapun kita sampai selama ini, karena kehidupan yang berubah membuat kita sama-sama berpikir setiap pertemuan bisa saja menjadi yang terakhir.
Apapun suasana hati aku bisa berbagi denganmu, sebagai teman, sahabat, kakak, adik, dan siapapun kamu yang aku rasakan nantinya. Bukan hanya indah dan bahagia, bahkan perih dan kesal bisa kurasakan karena dirimu.
Tetapi, di batas ini, mungkin hubungan pertemanan baik kita akan rehat sejenak. Setelah hari itu, kita akan menjadi lawan yang berbeda, entah musuh, kembali ke cara kita semula, atau bisa saja jalan yang berbeda. Maaf untuk satu alasan yang tak bisa kuucapkan. Bukan sesuatu yang bisa kau prediksi, bahkan bukan tentangmu dan berhubungan denganmu.
Hanya sebuah kerikil kecil yang membuatku terjerembab dalam. Dan aku harus mengobati lukaku, menvembbuhkan hingga mengering dan bisa berjalan kembali. Tapi bekas lukanya selalu ada... Itu pun jika kamu menerima kenyataan luka yang pernah ada dalam diriku, luka yang paling berbeda dari luka akibat batu besar lainnya.
P.S: Bukan cinta. bukan pengakuan. bukan akhir pertemanan. bukan permintaan kepastian. hanya pengajuan waktu untuk aku mengistirahatkan badan dan pikiran agar hati mau menjadi kembali seperti dulu.